"Berapa kali kau hancurkan ini?"
"Lebih dari sekali, tahu?!"
"Aku tidak marah padamu, tapi seperti inilah aku. Kadang suka lupa mengontrol emosiku"
"Tidak peduli kau marah pada siapa. Tapi jangan aku yang merasakan imbasnya! Memangnya kau pikir aku budakmu, huh?"
"Sudah, hentikan semuanya. Aku lelah, biarkan aku tidur sejenak saja" Meneteskan air mata.
Teman, aku sangat merindukan kalian.
"Tekanan ini. Membuat kita tidak bisa bernafas"
"Abstrak! Tak jelas! Bagaimana ini"
Menangis tergugu. Bagai berada di tengah gurun pasir, tapi hanya 18 derajat celcius. Hanya ada pasir, namun banyak tumbuhan.
Aku gila. Hahaha.... Teriak! Semuanya teriak! Jangan ada yang berdiam diri! TERIAAAAAAAAAAK!!!!!!!!!!
Menghunuskan pisau tepat di lehernya. "Aku rindu melihat darah hanya sekedar untuk merasakan tetes terakhirnya"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
bukan seorang budak juga bukan pula seorang pemaisyuri, melainkan pendamping hiduuup...
yang slalu ditunggu untuk...
sudah hentikan tetes air mata itu,
tangan ini takkan pernah lupa rasanya
dan ingin slalu diletakkan kembali
jangan pernah menghunuskan pisau tepat dileher
dirinya tidak ingin melihat darah darinya
sekalipun itu darah yang manis
siapa sih?
siapa aja yang mau....,
siapa apa nih ?
pertanyaanya ada dua mata pisau...
Posting Komentar