Aku melihatnya menangis dipojok jendela sana. Menangis tersedu, sambil menggenggam handphone kesayangannya. Duduk berjongkok dan menenggelamkan kepalanya diatas lututnya. Pilu melihatnya saat itu, sangat pilu. Entah mengapa, tangisannya mengajak orang ikut merasakan kesedihannya saat itu dan ingin menitikkan air mata juga.
Ingin sekali aku mendekatinya, mengelus kepalanya dan merangkulnya ke dalam dekapanku hingga tangis itu tidak terdengar lagi.
Tapi, aku yakin dia seseorang yang kuat, seseorang yang berjiwa besar, sehingga masalah apapun yang dihadapinya akan berlalu dengan cepat :). Aku percaya itu.
Jika sekali saja, aku diizinkan untuk membagi kasih sayangku terhadapnya. Jika sekali saja, aku diizinkan untuk menenangkan dirinya. Walaupun setelahnya, aku tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengannya. Walaupun tidak ada kata2 perpisahan selain senyum yang menenangkan. Aku rela, aku ikhlas, asalkan aku diberi kesempatan untuk menjadi wujud nyata dalam keberadaanku saat ini.
Ingin sekali aku mendekatinya, mengelus kepalanya dan merangkulnya ke dalam dekapanku hingga tangis itu tidak terdengar lagi.
Tapi, aku yakin dia seseorang yang kuat, seseorang yang berjiwa besar, sehingga masalah apapun yang dihadapinya akan berlalu dengan cepat :). Aku percaya itu.
Jika sekali saja, aku diizinkan untuk membagi kasih sayangku terhadapnya. Jika sekali saja, aku diizinkan untuk menenangkan dirinya. Walaupun setelahnya, aku tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengannya. Walaupun tidak ada kata2 perpisahan selain senyum yang menenangkan. Aku rela, aku ikhlas, asalkan aku diberi kesempatan untuk menjadi wujud nyata dalam keberadaanku saat ini.